Sosok Pendaki yang tenggelam di jajaran nama-nama besar pendaki gunung elite Indonesia

Senin, 22 Maret 2010

Willem dan Ekspedisi 23 Gunung


Oleh : Teo Tri Prasetyama
Wartawan Suara Pembaruan

Willem Sigar Tasiam ( 52) pasti tidak hanya bermimpi kalau dia merencanakan Ekspedisi pendakian 23 gunung dari Pulau Jawa sampai Sumbawa dalam waktu 23 hari. Pada tahun 2005 dia mendaki secara marathon 23 gunung dalam waktu 26 hari .Pada Tahun 2006 ia mendaki 22 gunung dalam waktu 25 hari.Kegiatan itu dia lakukan dengan biaya sendiri.Untuk “Ekspedisi 23 Puncak “kali ini,yang dimulai tanggal 14 November

mendatang ,ia mengharapkan ada event organizer professional yang mau mendukungnya.
Sosok Willem selama ini memang tenggelam di jajaran nama-nama besar pendaki gunung elite Indonesia.Pembawaannya yang memang bersahaja membuat sebagian besar pencinta alam mengenalnya hanya sebagai panitia gerak jalan Rengasdengklok-Jakarta.Dan bukan sebagai juara tujuh kali gerak jalan tersebut.
Sebagaimana Asmujiono ,Prajurit Kopasus yang mampu mencapai puncak Everest tahun 1997,Willem juga menyukai lari marathon di Bali dan Jakarta diikutinya.Catatan terbaiknya untuk proclamation dicapai pada tahun 1995,yakni dua jam 50 menit.Sayang tidak terekam catatan kemampuan VO2 maksimumnya,begitu juga kadar kandungan hemoglobindi dalam darahnya,dua hal yang sering dituntut oleh pelari Profesional.
Untuk menjaga kebugaran,Willem secara teratur melakukan Jogging selama dua jam,tiga kali dalam seminggu.Porsi itu ia tambah menjelang pelaksanaan suatu ekspedisi.Belum melibatkan pakar memang,namun setidaknya yang patut di contoh oleh para pendaki muda adalah kedisiplinan Willem dalam menjaga kebugaran Fisiknya,ada atau tidak ada rencana perjalanan .Ia bukan tipe atlit musiman yang hanya berlatih menjelang ekspedisi.
Willem menjelaskan untuk ekspedisi kali ini,ia tidak membutuhkan dana besar,hanya sekitar 60 juta.Jumlah itu akan berkurang bila ada kalangan yang mau menyeponsori perlengkapan dan perbekalan ekspedisi. Belum lagi adanya belasan relawan yang akan menjadi pendukung kegiatan juga meringankan biaya.” Pendek kata,ini dapat dikatakan sebagai `ekspedisi khas Indonesia`,”kata Willem,”yang dikenal sebagai pengajar privat gitar klasik.
Seri Pendakian Tematik.
Sebagai olahraga yang sulit untuk diperbandingkan mendaki Gunung memerlukan ekspedisi sebagai bukti pencapaian seseorang.Tingkat kesulitan menjadi kriteria khasnya,ditambah dengan angka ketinggian yang memang terukur.Oleh karena itu,selama ini gunung-gunung es di Himalaya telah menjadi ikon yang sulit tergantikan.Karena everest dan 13 puncak lainnya,yang ketinggiannya diatas 8.000 meter diatas permukaan air laut tersebar dikawasan itu.Wajar jika kemudian para pendaki Indonesia beramai-ramai ingin mencoba keberuntungan dikawasan itu agar mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional.
Dampak negatifnya adalah tebengkalainya upaya pegenalan tanah air sendiri,seperti dikeluhkan Herman O Lantang,salah seorang MAPALA UI.”Dari dulu kita mengadakan kegiatan ini untuk menanamkna Rasa Cinta Tanah Air ,” ujar Herman.”Sampai mati kayaknya saya nggak akan selesai mengeksplorasikan tanah air kita ini,”ia menambahkan.
Dalam prespektif itu,ekspedisi yang dirancang Willem merupakan hal posoitif yang patut didukung sepenuhnya oleh pemangku kepentingan alam Indonesia.Dari sisi pariwisata,kalau ada kecenderungan wisatawan pendaki berkantong tebal membidik puncak Everest melalui suatu tur Ekstrem yang diselenggarakan oleh Biro-biro Perjalanan petualangan dunia,adakah Indonesia memiliki peluang untuk menjaringjuga para wisatawan tersebut?.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah dengan mengkampanyekan seri pendakian tematik di Indonesia.Sebagaimana diketahui,Tanah Air kita memiliki Gunung Api terbanyak di Dunia,yaitu 129 buah.Letusan Gunung Tambora pada 1815 memakan korban terbesar dalam sejarah peradaban ,yakni 92.000 jiwa.Apakah fakta sejarah itu kita biarkan saja sekedar sebagai catatan di Buku-Buku Pelajaran ?.
Padahal kerapatan deretan dengan gunung api yang tersebar dari barat sampai ke timur ini yang memungkinkan dilakukannya pendakian marathon spektakuler bagi peminatnya.Sebagai peerbandingan ,peserta The Three Peaks Challenge di Inggris harus berkendaraan sejauh 800 km untuk mencapai Base Camp tiga Gunung tujuan.Sementara Willem hanya akan menempuh perjalanan sekitar 1.900 km untuk ke-23 gunung yang didakinya.Ekspedisi 23 puncak dapat diposisikan sebagai bagian dari kampanye seri pendakian tematik dari gunung api semacam ini .
Akankah Willem berhasil mewujudkan ambisinya ? Secara matematis ,apabila dilihat dari catatan ekspedisi 2005 dan 2006 ,bujangan ini akan bisa mencapainya.Jika didukung tim advance dan transportasi dari penyelenggara yang akan mengurus segala masalah tetek bengek ekspedisi , waktu perjalanan akan terpangkas secara signifikan dan memberikan kesempatan kepadanya untuk lebih banyak beristirahat.Pengenalan Medan yang lebih baik juga merupakan factor yang akan sangat membantu keberhasilan .
Willem mencintai Tanah Air dengan caranya sendiri.Ia akan mengingatkan pendaki Indonesia untuk lebih mengenal gunung-gunungnya sendiri.Ia mempromosikan wisata pendakian gunung tropis .Melalui rekam jejaknya yang panjang , ia memberikan contoh konsistensi hidup sebagai seorang pendaki.Namun kegiatan alam bebas memerlukan sinergi dari berbagai pihak.Juga Willemm dengan Ekspedisi Gunungnya.

Dimuat Suara Pembaruan 11 November 2007

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Wah sebuah NOTE yang menarik untuk seorang PENDAKI yang yang tidak terekspos DUNIA, mudah-mudahan ada orang yang mau mendengar perjalanan BUNG willem...selamat berjuang Bung !! GBU dari frank

willem blog mengatakan...

Thx mas franky atas atensinya..GBU

Posting Komentar

Tinggalkan COMMENT untuk Kritik Dan Saran.