Sosok Pendaki yang tenggelam di jajaran nama-nama besar pendaki gunung elite Indonesia

Selasa, 23 Maret 2010

Pendaki 23 Gunung dan Guru Gitar Klasik.


Oleh : ANTON SOEPARNO
Wartawan Suara Merdeka

Sejak tinggal di Tanjung Priok tahu 1962, lelaki lajang Willem Siregar Tasiam berkeinginan
menjadi Pencinta Alam.Dia merupakan anak tertua dari lima bersaudara dari keluarga pasangan Arnold Tasiam dan Marie Katuk yang berasal dari Manado.
Meski pendidikan hanya sampai SMP , tapi minat menjadi pencinta alam semakin kukuh.Apalagi dia selalu berpindah tempat mengikuti ayahnya yang bekerja sebagai pelaut yang bekerja di PT PELNI .

“Saya lahir di Pontianak , ketika ayah tugas di Kalimantan Barat,” ungkap Willem yang lama tinggal di Purwokerto sebagai Guru Musik di YASMIN.
Kegemaran olahraga Cinta Alam , makin tersalut ,ketika pindah rumah ke Jatinegara ,Jakarta Timur pada tahun 1971.Sejak itu Willem makin banyak melakukan komunikasi dengan tokoh pencinta alam dan mulai tahun 1997 mendaki Gunung Gede dan Pangrango , Jawa Barat.
Menurut dia,Gunung Gede menjadi pendakian standar bagi pendaki pemula,kemudian di tingkatkan ke Gunung Pangrango yang mempunya medan lebih berat dan lokasinya tertutup.
Disana,ada Taman Mandala Wangi yang kondisinya mirip taman di Jepang dan mempunyai hamparan Eidelweiss yang menjadi idola para pendaki.

Dipecat Dari Klub.

Willem yang kini hilir mudik Jakarta – Purwokerto ini,pernah tercatat sebagai anggota Klub Tapak.Dalam organisasi itu,dia termasuk anggota yang super aktif sehingga meninggalkan jauh Senior-seniornya.Tidak tahu sebabnya,Willem pun di pecat dariu keanggotaan dan sejak itu dia berdiri sendiri.
“Mau jalan-jalan ke Gunung kok harus biasa-biasa saja,padahal saya sendiri memang ingin mencoba terus.Ya,saya jalan sendiri bahkan bersaing dengan mereka.
Dia kemudian membuat Kelompok Lapas , yang tidak mempunya anggaran dasar dan anggaran Rumah tangga 9( AD & ART ) agar lebih leluasa mengajak para pencinta alam.
Dia juga bergabung dalam Wadah Pencinta Alam Jakarta di bawah naungan Dewan Harian Nasional Angkatan 45 sampa sekarang.
Pelajaran di olahraga Pencinta alam itu , membuat Willem karena dia juga selalu mengikuti even-even regional maupun nasional .Mulai tahun 1992 dia pindah ke Purwokerto dan menjadi guru misik di Yasmin cabang Purwokerto.
Dia mengajar gitar klasik yang penggemarnya sangat terbatas mulai dari guru SMA,Pelajar,Mahasiswa dan Anak-anak..Kegiatan musik pun tidak berjalan mulus karena setelah pindah lokasi dari Jalan Merdeka ke jalan Yoso Darmo,mulai surut karena ada guru yang hijrah ke Yogyakarta .
“ Masih betah di Purwokerto,saya juga ikut mengajar di Yasmi Banyumas ,Pina Pan Fie Lan,seorang guru piano yang tinggal di kota Banyumas.
Meski surut dari guru musik,khusus guitar Klasik, Willem sangat bangga karena ada beberapa murid yang meneruskan kemampuannya sebagai guru musik.
Diantaranya,ada yang mengajar di Cirebon,ada juga yang bergabung dalam kelompok Purwa Tjaraka dan ada juga yang masih aktif sebagai pemusik.

Pendakian Solo.

Willem Siregar Tasiam bermimpi melakukan pendakian solo ke beberapa gunung dengan target waktu cepat.Dia pun berlatih terus,sambil mengatur jadwal yang cepat.Diapun berlatih terus,sambil mengatur jadwal yang ketat,memahami medan pendakian dengan benar. Tentu tidak melupakan untuk membangun jejaring dengan sesame pendaki di lokasi Gunung yang akan di daki.
Menurut dia ,untuk melakukan ekspedisi ke beberapa gunung tidak terlalu sulit.Apalagi kalau dilakukan dengan target waktu dan melalui oersiaoan yang matang.
Misalnya minta bantuan,pendaki setempat untuk mendukung kecepatan trsnsportasi menuju gunung yang berikutnya.Dia mengakui sering melibatkan para pendaki lokal.,dengan memberi tahu rencana dan jadwal pendakia.Diharapkan , mereka bisa mengajak sesama pendaki setempat untuk memberikan solusi memperpendek waktu perjalanan angargunung.
Saya bangga dan berterimakasih karena kelompok local banyak membantu mengantar sampai ke lokasi pendakian berikutnya.” Ibarat barang,saya diantar secara estafet kepada pendaki berikutnya”
Menurut dia, pendaki harus giat berlatih dan memahami setiap karakter gunung yang dijadikan target pendakian . Dia banyak belajar dari pendakian.Dia banyak belajar dari pendakian solo pada 14 gunung di tahun 20004. Pengalaman di cermati sambil mengumpulkan dana untuk pendakian berikutn pada 20 gunung.Terakhir,dia berhasi mendaki 23 gunung dalam waktu 22 hari

5 komentar:

toenjoengmoeliblog mengatakan...

Wah bang Willem muantappp.. nich,prlu di tiru bt para pendaki2 yg lain........salam Lestari bang......i I L U Full bang Willem.........semoga bs jd legenda pendaki di Indonesia......

toenjoengmoeliblog mengatakan...

Willem is true Climber.

Anonim mengatakan...

Bang willem muantep nih profilenya, blognya baru selamat yah...cito

aryanto mengatakan...

pengen kayak bang wil nih, karena saya belum pernah naik gunung, kapan2 ngajak saya kalau mau naik ke gunung slamet, mohon pengetahuannya dibagi2 ya thanks...sukses selalu

Anonim mengatakan...

beruntung sy prnh bertemu abang, & itu merupakan sebuah kebanggaan buat sy bang, bang willem sy anggap sejajar dg norman edwin.

Posting Komentar

Tinggalkan COMMENT untuk Kritik Dan Saran.